Minggu, 28 Agustus 2016

Tiga Kali ke Bali, Kangennya ber-KALIKALI

Jejak pertama

Pertama kali ke Bali tahun 2010. Berangkat bukan untuk liburan, tapi mengikuti rapat kerja nasional organisasi IMABKIN (Ikatan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Indonesia). Yaa... namanya rapat, meskipun ada alokasi field trip, waktu terbatas.

Sebelum sampai di Bali, dipikir bisa jajal seluruh tempat hanya dalam satu hari. Ternyata tidak. Sehari di Bali hanya bisa ke beberapa spot saja. Kita harus mempertimbangkan kesesuaian rute.

Nah, untuk kamu  yang akan berangkat ke Bali untuk pertama kali, pastikan waktu nggak mepet-mepet dan sudah menentukan destinasi yang ingin dituju. Setelah itu pertimbangkan akses, jarak tempuh, dan waktu tempuh dari Bandara Ngurah Rai atau Pelabuhan Gilimanuk. For your information, jarak tempuh dari pelabuhan itu bisa berjam-jam sampai Denpasar. Apalagi kalau sudah sampai Denpasar, siap-siap ketemu macet layaknya ibu kota lainnya :/ 

Singaraja

Undiksha - Singaraja adalah tempat diadakannya rapat kerja kali itu. Konon katanya daerah Singaraja termasuk daerah dengan mayoritas penganut muslim. Tapi meskipun begitu, bangunan kampus dan perumahan sekitar tetap mengusung arsitek khas ala-ala pura. And it's beautiful!

Kami para peserta yang berasal dari luar Bali (apalagi yang baru nginjek Bali seperti saya) dibuat terkagum-kagum dengan arsitektur kampus Undiksha yang Bali banget. 
Bisa dikatakan, kearifan lokal sangat dijunjung tinggi di sana.
Wangi dupa dan sesajen bunga-bunga ada di setiap gedung. Seakan tak ingin sedetikpun membuat kita lupa akan eksotika wewangian Bali #eaaaaa.

Di perjalanan ke Bali untuk pertama kali itu, saya jadi tahu kalau untuk jajal Bali kita perlu kendaraan pribadi. Karena untuk masuk ke spot wisata, lokasinya biasanya agak masuk-masuk ke dalam. . Jalannya berkelok-kelok, layaknya jalan menuju pantai.

Waktu itu, memanfaatkan alokasi field trip setelah agenda rapat selesai, saya dan teman-teman memutuskan rental mobil bareng-bareng. Kami menggunakan APV plus bapak sopir yang baik hati. Waktu itu kami merogoh kocek 400rb. Karena memang tidak seharian full. Kami harus kembali ke pelabuhan sore harinya. Bisa dibilang, kami hanya rental setengah hari aja.

Ada kejadian lucu, ketika di perjalanan menuju Pantai Sanur, kami tersadar hanya berputar-putar di tempat itu-itu saja. Sampai akhirnya bapak sopir nyuruh kita tobat dan bersihkan pikiran kotor, hahahaha...

Entah mitos atau bukan, tapi emang kejadian. Setelah bapak sopir bilang gitu, temen-temen langsung koreksi pikiran kali ya, dan tadaaaa sampailah kita ke tempat tujuan.

Bapak sopir nampak seperti penganut Hindu yang taat. Beliau menyampaikan kalau di Bali ini hidup tenang dan alam akan menghukum siapapun yang berbuat kerusakan. Meskipun saya berbeda agama dengan beliau, tetep saya salut! Ciyee..

Danau Kintamani

Kunjungan ke danau ini sebenernya cuman di area atas aja. Karena kalo ke danau nya harus muter-muter lagi kata bapak sopir.  Tapi dari arah atas malah bagus view danaunya. Udaranya sejuuuk. Di sepanjang jalan banyak anak-anak dan remaja yang berjualan gantungan kunci secara asongan.




Pasar Seni Sukowati

Kemanapun destinasinya, pasti mikir harus bawa oleh-oleh donk. Nah, ketika ke Bali pertama kali, yang saya pikirkan adalah bisa beli apapun yang murah tapi ada tulisan Bali – nya. Hahhaha..

Karena kocek para mahasiswa ini terbatas, hampir serombongan belanjaannya sama: gantungan kunci, dan kaos. Saya menambahkan sarung bali dan udeng dalam list.

Di Pasar Sukowati ini tempatnya belanja murah. Cocok banget sama budget kami waktu itu. Bentuk pasarnya tradisional, kayak pasar kebanyakan. Hanya yang diperjualbelikan mostly adalah souvenir.
Pasarnya luas. Dan item-item nya pun nggak kalah bagus sama yang di toko-toko ntu tuuh (nunjuk toko sembarang, haha.. ) Di pasar ini, pinter-pinter aja nawar. Inshaallah mabrur. Wkwkwk...

view Pasar Seni Sukowati dari parkiran (dok.pribadi)


Pantai Sanur

Setelah belanja oleh-oleh, perjalanan dilanjutkan ke Pantai Sanur. Pantainya waktu itu ramai sekali. Mungkin efek weekend. Di Sanur juga berderet penjual baju-baju pantai dan souvenir, selayaknya pantai pada umumnya.

Ssst... ada kejadian lucu lagi nih. Dari parkiran kami berjalan ke arah pantai. Lumayan jauh, lebih dari 30 meter. Di perjalanan, salah satu teman saya termasuk orang yang agamis, sibuk istighfar. Saya bingung kenapa. ternyata dia melihat bule pake baju bikini two pieces. Ow ow! Itu rejeki, jangan ngedip. Haha *joking. Maappp bapak ibu ustadz ustadz/ah. :D

aktifis yang serada salah kostum haha..
**

Jejak kedua

Kali kedua ke Bali Tahun 2012. Beberapa hari setelah resepsi pernikahan di kampung saya dan ngunduh mantu di kampung suami. Pernikahan maraton, ngos-ngosan. Jadi trip ke Bali kali itu kurang pas kalau disebut bulan madu, karena mepet banget waktunya. Kejar-kejaran dengan jatah cuti suami dan tiket ke Pekanbaru Riau. Kami hanya dua hari di Bali include perjalanan Gilimanuk – Denpasar.
Pantai Kuta lah destinasi terdekat yang bisa dituju. Setelah check in di penginapan, kami baru bisa keluar jam 11 maleman. Tapi ada hal unik, kami keliling di sekitaran Kuta, Hard Rock Cafe, Legian, sampai ke pusat oleh-oleh Krisna pake sepeda ontel bermotif warna warni pelangi punyanya temen suami yang stay di Bali. So romantic..! meskipun pegel juga pinggang, haha..

honeymoon in a rush!
**

Kali Ketiga...

Nah, kali ketiga kunjungan ke Bali kami lakukan di Tahun 2015. Setahun lalu ya. Kala itu trip berjalan sangat seru (((MEMUASKAN))) ! Haha..

Meskipun masih banyak tempat terlewatkan. Kembali lagi, karena keterbatasan waktu ya. Jadi kalo mau ke Bali emang perlu berminggu-minggu biar semua terjajal, tapi siap-siap aja nggk bisa move on :D

Pulau Menjangan 

Kami memulai trip dari Banyuwangi (kampung suami). Eksplor Banyuwangi aja udah bikin seneng. Eh dilanjut trip ke Bali Barat. Kami dapet akomdasi gratis menuju Pulau Menjangan. Katanya, destinasi keren untuk snorkling. Kenyataannya, kereeeen banget!

Nama Pulau Menjangan diambil dari hewan endemik di pulau tersebut: Menjangan, yang artinya rusa. dari kunjungan ke pulau ini saya jadi tahu kalau rusa ternyata bisa kuat berenang menyebrang lautan, lho.

Pulau Menjangan masih termasuk wisata eksklusif. Belum terlalu ramai. Kita bisa nyebrang melalui Banyuwangi, atau Bali. Kami tentu menyebrang dari Banyuwangi. Kali itu kami menggunakan kapal kecil. Saya tidak hanya pergi berdua, tapi bersama dua bule pasangan kekasih dari Switzerland, pengemudi kapal beserta asistennya haha.., plus adek ipar dan suaminya sang sponsor. Suami adik ipar kebetulan bekerja sebagai Polisi Air Laut yang juga investasi alat-alat Snorkling. That’s why perjalanan kami GRATIS!! *rejeki anak sholeha pemirsa*

Tapi si Gratis ini tetep ada syaratnya, saya dan suami diminta jadi translator selama perjalanan. Gak apa-apa lah, sing penting liburan gretong!

kami yang bahagia

Actually, its our first snorkle experience. Iya, saya mah apa atuh baru kali itu berani snorkling, karena bersama si penjaga hati #eaaaa

Sayangnya kamera underwater si ade ipar ketinggalan dan kamera underwater si bule pun agak rusak gitu. Kamera underwater kami? Masih di toko! Haha

But the moments was captured in our hearts. Uhuk!

welcome to Pulau Menjangan

si ade ipar sama kakak iparnya selfie euy!

Di Pulau Menjangan ini ada beberapa spot untuk snorkling, tour guide udah tahu spot-spotnya. Kami waktu itu menjajal 3 spot. Ombak cukup besar di perjalanan. di spot pertama, saya diajarkan mengambil dan membuang nafas ketika snorkle. Jadi ngambil dan buang nafas lewat mulut. Hidung nggak difungsikan. Dan saya murid yang teladan, langsung bisa donks. Ade ipar malah sempet gelagapan dan kapok nyebur. Tapi ketika melihat gelapnya lautan dari arah dalam (area untuk diving) saya sempat panik. Dan dari pengalaman ini, nampaknya saya nggak akan pernah berani jajal Diving, atuuuuut! Kebayang film Shark. Kita nyelem tau tau dilahap hiu. Amit-amiiit dah!

ciyee couple snorkle ciyee
Pertama kali snorkling, langsung di salah satu spot snorkle terbaik di negeri ini, ketemu clown fish semodel si Nemo, liat bintang laut, ikan biru, ikan warna warni, sampe bisa nyaksiin sendiri yang namanya bulu babi. Awesome!

Trip bareng mertua

Keesokan harinya kami lanjut menuju Bali dari Gilimanuk. Kali ini asiknya  saya dan suami keliling Bali pake sepeda motor. Bersama papa mama mertua yang juga pake motor. Family touring kitaaa~ yuhuuu!

Enaknya pake motor adalah kita bisa masuk ke pantai-pantai yang dilewatin dengan bebas, bayar parkir nggak mahal, dan lebih fleksibel. Nggak enaknya, kalo hujan turun perjalanan harus tertunda. Tapi kalau nyaman lanjut pake jas hujan, silakan :)

mampir, nemu pantai asik di perjalanan

Sssstttt.... enaknya touring sama mertua apa coba?? Apa-apa dibayarin. Mau ini itu dijabanin, bwahahahaha #menantukurangajaaaarrr!

Saya menjelma bak ratu dalam perjalanan, alias sang penentu destinasi. Haha.. nggak mau tahu itu dimana dan gimana, pokoknya harus sampe! Nah kan emang dasar #menantukurangajaaaarrr!
Untungnya mertuanya baik nggak ketulungan *salim, sungkem sama si mama papa mertue!

Sunset di Tanah Lot

Keberuntungan tengah memeluk kami. Sore hari kami sampai di Tanah Lot. Papa  agak lupa lupa rute, tapi demi mantu kesayangan, ketemu juga itu lokasi Tanah Lot. Di sana kami sibuk foto-foto. Menatap indahnya laut lepas. Ombak berkejaran, semakin menggapai-gapai ke arah dalam sekitaran Batu Bolong.

Pada kesempatan kali itu, kami melihat ular suci yang dijaga oleh bapak kuncen di sebuah gua. Kirain ulernya gede, ternyata kecil. Kurang tahu juga kenapa disebut ular suci, anyone knows?

ular suci alias holy snake di Tanah Lot

Dan puji syukur, kami beruntung menyaksikan sang surya tenggelam di Tanah Lot. Romantis!

Sunset di Tanah Lot

Semakin gelap, air semakin pasang. Ketika beristirahat, belakangan kami tahu malam itu ada pertunjukkan Tari Kecak. Ah, itu kan impian si saya yang belum kesampean. Suami pun tahu itu. dasar suami sholeh ya, dia langsung ngajak ke lokasi. Papa mama mertua memilih menunggu di sekitaran ruko oleh-oleh – belanja. Berlarian kami menuju lokasi pertunjukkan, sampe lepas sandal, karena memang pertunjukkan akan dimulai dalam waktu kurang dari 10 menit. Sedangkan lokasi pertunjukkan dengan tempat kami duduk itu ujung ke ujung, jauuuuh.,

sampai di loket langsung beli tiket (Rp. 50.000/org). pertunjukkan sudah dimulai kurang lebih 10 menit kata si mbak penjaga loket.

Finally, we made it!

part of performance

Selepas dari Tanah Lot, kami lanjut cari penginapan. Semua buta arah. Haha..

Destinasi kedua yang ingin sekali didatangi adalah Pantai Pandawa. Papa mertua sibuk mikir harus di daerah mana menginap, agar tidak terlalu jauh dari lokasi yang saya sebutkan. Beliau tidak tahu pantai itu tepatnya dimana, hanya tahu daerahnya saja.

Sambil mikir, kami mampir ke sebuah kedai bakso. Dunia emang kadang terlihat sempit banget ya.. ternyata penjual bakso sekampung sama papa mama mertua. Dari obrolan kami malam itu, kami diarahkan ke sebuah penginapan. Katanya dekat Pantai Pandawa dan murah! Ternyata benar, murah dan searah ke Pantai Pandawa.

kami di depan kamar penginapan, and it was my birthday! :D

Pantai Pandawa

Tadaaaa... sampailah esoknya kami di Pantai Pandawa. Eksotis! Tebing-tebing alami menjulang tinggi, dibelah kayak belahan puding. Dari arah atas, laut lepas bak primadona yang tengah ranum.

Memasuki kawasan pantai, kita akan disambut patung-patung tokoh pewayangan mulai dari Dewi Kunti sampai Pandawa Lima.

salah satu patung di area kedatangan: Dewi Kunti

Waktu saya kesana masih ada pembangunan di arah belakang pantai, mungkin sekarang udah lebih ketje yaa.


full team in action :D


pantai nya hijauuuuu~ indah

Setelah kenyang santap aroma Pantai Pandawa, kami lanjut menuju Garuda Wisnu Kencana (GWK). Waktu tempuh sekitar 1 jam kalo nggak salah. Di perjalanan ke arah GWK sebenarnya melewati beberapa destinasi seperti Pantai Nusa Dua Bali dan banyak spot wisata lain. Tapi kami nggak mampir, alasannya: waktu!

Garuda Wisnu Kencana (GWK)                                                                                               

Sampai di GWK, kita nggak langsung ketemu patung raksasa Wisnu dan Burung Garuda nya. Tapi kita memasuki kawasan seperti mau masuk ke area real estate.

GWK merupakan destinasi wisata kontemporer. Di dalam area GWK kita bisa melihat pertunjukkan teater, tari-tarian, wisata belanja, juga memasuki galeri-galeri seni.

Icon di GWK ini adalah patung-patung besar. Dua patung terbesar adalah Patung Wisnu dan Garuda. Konon katanya (baca di brosur) nanti dua patung itu akan disatukan jadi satu patung raksasa Wisnu bersama Burung Garuda utuh. Seniman patung yang terlibat adalah seniman-seniman terbaik Indonesia. Salah satu penggagasnya adalah lulusan ITB. Megaproyek yang indah.

what is he doing? haha

Tapii dibanding destinasi lain, GWK termasuk mahal. Karena ada beberapa pertunjukkan atau wahana yang harus dibayar terpisah di dalam. Kami waktu itu hanya berfoto di depan patung-patung, makan di area bazar, dan nonton sendratari.

take a picture after performance, bareng penari dan mama mertua kesayangan :*

Setelah itu kami kembali pulang. Di perjalanan pulang papa mertua mengajak kami silaturahmi ke tempat sobat lamanya. Makan-makan lagi. Kemudian pulang menuju rumah mbah uti yang pasti udah kangen saya #eh.

Ssstt...! ada cerita seru dan inspiratif tentang sobat papa mertua ini. Next time saya tulis :)

**
ketika Bali menjelma serupa kekasih yang tak lekang kerinduan terhadapnya. Tuhan, izinkan kami untuk kembali ke Pulau Dewata ini sekali lagi, sekali lagi, lagi, dan lagi. 


10 komentar:

  1. Saya tinggal di Bali sedari kecil dan vitaminsea di sini selalu menarik. Walau cuma Sanur dan sepedaan bikin mood tambah OK XD

    Btw mbak, daerah yang mayoritas Muslim itu Jembrana. Banyak umat Muslim keturunan Bali di sana. Jadi namanya masih ada pakai Putu, Kadek, Komang, Ketut. Tapi itu informasi yang aku dapatkan dari teman kampus dulu sih. XD

    Terus masalah pikiran kotor, ada benarnya. Tapi memang kita harus berhati hati dalam berkata atau berbuat di alam. Sesimpel jangan berkata kasar saat masuk Pura dan menaati tidak masuk Pura saat menstruasi aja. Takut kenapa - kenapa atau diikutin. :')

    vinasaysbeauty.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. ooooh Jembrana ya mbak. aku dapet info dari temen di Undiksha ttng ini. new insight niih. thanks yaa..

      mbak tinggal sekitaran Sanur ? aaah senangnya stay in paradise..

      iya lho, auranya itu nenangin emang kalo udh sampe sana. sampe ada dosenku bilang kalau rapat di sana bawaannya jadi kaleum nggak berkonflik, hehe..

      Bali, see you when i see you [soon] :D

      Hapus
  2. Saya jadi ketawa yg disuruh hilangkan pikiran kotor itu :D Nice ya family traveling-nya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, memorable mbak :D
      jadi sejak saat itu, kalo ke sana otomatis ngeset pikiran hihi..

      Hapus
  3. Waah, mayan banyak spot yang belum kesampean waktu berkunjung ke Bali. Dan itupun saya baru pertama kalinya hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang hampir tiap meter itu indah kan disana ya mbak..
      sebulan di sana baru kenyang kali ya? atau malah nggak mau balik haha

      Hapus
  4. ternyata ada banyak tempat yang belum saya kunjungi di Bali...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mbak, saya juga masih nyimpen banyak list nih. semoga segera dapet rejeki ke sana lagi, minum vitaminSEA banyak-banyak hehe..

      yang udah berhasil disambangi mana aja nih ?

      Hapus