Minggu, 28 Agustus 2016

Ke Malang, kembali Pulang

Malang, terkenal dengan apelnya. Selain itu, ia pun dikenal sebagai kota sejuta kenangan untuk sebagian orang. Saya terdampar di komunitas sebagian orang tersebut #tsaah!
**

Kenalan sama cinta Alun-Alun Kota Apel 

Saya pertamakali menapaki Kota Malang pada Tahun 2008. Rangkaian Rapat Kerja Nasional IMABKIN. Berangkat menggunakan bus Pahala Kencana bersama tiga delegasi lain. Berangkat dibayarin kampus, sama persis seperti pertamakali ke Bali, hehe.. saya dan rombongan berangkat menggunakan bus Pahala Kencana rute Bandung-Malang dan dijemput panitia di Terminal Arjasari Malang.

foto bareng Rizki - panitia yang jemput rombongan (2008)

Kunjungan yang biasa saja. Tidak ada sentuhan rasa apa-apa. Karena waktu itu, datang memang untuk menunaikan tugas kenegeraan (((kenegaraan))), apppaasiiihh...!

rombongan UPI bareng panitia Rakernas di UM
(ada dua pasang yang akhirnya berjodoh di foto ini, lho :D )

(2008)
bareng musisi jalanan di Pasar Minggu deket Museum Brawijaya :D


pertama kali kenalan sama tugu Alun-Alun Malang
bareng temen dari UNJ dan Untad Sulawesi(2008)

**

Sudah kenal, bertamu  kembali 

Kali kedua, dateng ke Malang lagi pada tahun 2011. Kunjungan kali itu  bukan dalam rangka rapat-rapat lagi, tapi murni untuk ngebolang. Hiiiiihaaa...! Kali itu  saya ditemani Pia (red. Pionk- salah satu temen segeng (baca: Keyeup is My Gank )

Saya dan Pionk mengusung konsep backpacker ala ala. Maklum no money, tapi ingin main haha #jiwamuda! Kami berangkat sehari setelah rangkaian acara Musyawarah IMABKIN Wilayah II yang digelar di kampus saya sendiri - Bandung. Kali itu kami berangkat bareng Rizki, salah satu delegasi dari Universitas Negeri Malang, menggunakan kereta ekonomi Kahuripan dengan rute Bandung – Kediri.

Rizki yang berangkat dari rumah salah satu eyangnya di Riung Bandung, menunggu kami di Stasiun Kiara Condong. Karena jarak tempuh Riung Bandung ke stasiun lebih dekat, jadi mau nggak mau dia yang membelikan tiket untuk kami. Hihi..
Kalau tidak salah harga tiket Kahuripan Bandung-Kediri waktu itu masih Rp.50.000. Murah sekali. Sekarang harga tersebut udah nggak berlaku lagi. Karena semua kereta ekonomi sudah dibenahi fasilitasnya. Tiket dengan rute serupa sekarang sudah jadi Rp. 100.000.

**
Sesampainya di Kiara Condong, Rizki sudah menunggu kami lengkap dengan ransel dan topi. Dia dengan apik mengawal dua mojang bandung yang agak kumal waktu itu karena keringetan. Kami berkeringat parah karena berkejaran dengan waktu, nyaris telat.

Waktu itu, penumpang kereta ekonomi bebas menentukan tempat duduk, tidak bernomor khusus seperti sekarang. Jadi siapa cepat dia dapat. Dan bisa jadi kita hanya duduk di koridor kereta. Bertumpuk dengan kardus dan barang bawaan.

Untuk saya dan pionk, kali itu adalah pengalaman pertama naik kereta ekonomi. Kami cukup shock. Karena benar-benar padet. Kita bisa saja duduk dan tertidur di paha orang. Anak-anak terancam terjepit. Mirisnya lagi, pedagang asongan masih pantang menyerah untuk menerobos koridor yang sudah penuh oleh penumpang.

[intermezo] Saat melihat penampakan sesesak dan sepadat itu, dua bolang ini langsung sepakat: pulangnya kita pake Malabar aja yuk? Haha #GagalTangguh!

Syukurnya kami tidak perlu duduk di koridor atau berdiri sesak. Karena pemberangkatan pertama adalah dari stasiun tempat kami naik. Pionk duduk di window seat alias samping jendela, saya di sebelahnya, dan Rizki di sebelah saya.

Saya dan rizki yang waktu itu dalam posisi CLBK – Cinta Lama Belom Kelar, tapi nggak niat ngelarin, agak gimana gitu ya duduk sebelahan. Tapi  gimana lagi, kita nggak punya pilihan selain menikmati perjalanan *pionk mendadak hilang, dunia serasa milik berdua, yang lain NGEKOS! haha..

Sepanjang perjalanan kami berusaha menikmati pemandangan berupa hamparan sawah hijau yang luas. Sesekali pemandangan berubah jadi hutan, perkebunan, jalan raya, sampai perkampungan. Naik kereta selalu asik [kecuali malem-malem, gelap semua!]

**
Sesampainya di stasiun Kediri, kami transit di warung makan. Setelah santap makan, Rizki memutuskan mandi (saya dan pionk nggak kepikiran mandi, ribet dan males, :D ). Lalu lanjut perjalanan ke Malang dengan Kereta Penataran. Lima tahun lalu tiket masih seharga Rp. 5.000. sekarang harganya menjadi Rp. 15.000. Kereta dengan rute ini memiliki jadwal pemberangkatan 4 kali dalam sehari.

Jarak tempuh Kediri – Malang sekitar 1 jam. Kereta tidak terlalu padat. Jadi kami bebas selonjoran. Rizki memilih tidur di satu seat penuh. Dia udah kenyang melek, giliran dia tidur dan kita yang melek.

**
saya & Pionk, kumal tapi bahagia :D

Sesampainya di Malang, kami dijemput oleh Mas Dani (senior di IMABKIN dan kakak tingkat Rizki di UM). Mas Dani yang baik hati sudah mencarikan kami tempat menginap. Kami langsung diantar ke kosan Mbak Weni (teman sekelas Mas Dani) di daerah sekitaran kampus UM. Sesampainya di kosan Mbak Weni, ia pamit untuk pulang dan menyuruh kami beristirahat. Rizki pun kembali ke kosannya, setelah sebelumnya janjian untuk ketemuan sore harinya #uhuk!

Mbak Weni sudah menyiapkan satu kamar kosong, dua bed yang sudah rapi, satu meja yang diatasnya penuh oleh makanan ringan, dan kamarnya wangiiiii. Kami diminta istirahat. Tapi tidak lama, Mbak Weni mengetuk pintu, mengantarkan jus jambu dan makanan kiriman Mas Dani.
Entah apa kebaikan yang pernah kami buat, hingga mendapat kebaikan bertubi-tubi: pengawalan di kereta ekonomi, kamar gratis, jemputan gratis, makanan gratis pula *HATRICK!

**
Sebenernya tujuan utama kami adalah Bromo, tapi sebelum ke sana kami memutuskan jajal Malang dulu. Selama di Malang kami mengunjungi alun-alun Kota Malang dan sekitarnya. Lalu lanjut ke Jatim Park di daerah Kota Batu.

Sayangnya kami tidak sempat eksplor kulinernya. Dan juga belum sempat mengunjungi kebun kebun apel di Batu. hiks! Next time kali ya, Aamin..!

Alun-Alun Malang (lagi)


Lima tahun lalu tentu berbeda dengan kondisinya sekarang. Tapi suasana menyenangkan ketika: melihat merpati beterbangan, ngasih merpati makan, foto-foto di rerumputan, sejuk memandangi air mancur, minum es kelapa muda di bawah beringin tua, menikmati cangkir demi cangkir persahabatan bersama manisnya es potong, rasanya masih sama: membahagiakan.

persahabatan bagai kepompong

es potong rasa cinta

pionk lagi ngasih makan merpati alun-alun, *pencitraan! haha


Alun-alun Malang waktu itu ramai tapi tidak terlalu padat. Kami bebas berfoto. Selfie belum terlalu booming waktu itu, tapi kami sudah narsis jepret sana sini. Beruntungnya lagi, Mbak Weni si malaikat kenalan baru kami suka fotografi. Dan dia memboyong Kamera DSLRnya. Jadi model buluk dadakan deh akhirnya, haha..

fotografer: Oke, Kamera: Oke, Model: apalah apalah! haha

Jatim Park

Untuk menuju Jatim Park, kita bisa menggunakan mobil atau motor. Untuk kendaraan umum bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan AL Arjosari – Landungsari menuju Terminal Landung Sari, Batu. Setelah itu baru deh pake angkot BJL (Batu – Junrejo – Landungsari) menuju Jatim Park. Waktu tempuh yang dibutuhkan dari  pusat Kota Malang ke Kota Batu sekitar satu jam.

Jatim Park di Malang terbagi dua: Jatim Park 1 adalah kawasan wisata taman edukasi dan wahana-wahana semodel di Dufan. Sedangkan  Jatim Park 2 Secret Zoo yaitu serupa komplek kebun binatang dan museum satwa. Jatim Park 2 juga bertemakan wisata edukasi. Selain Jatim Park ada juga BNS (Batu Night Square), katanya sih asik. Cocok banget kalau mau ke tiga destinasi ini bareng sama keluarga bawa anak-anak. Yuk mas kesana sama anak-anak! #eh anaknya belum ada. Haha

**
Dikarenakan Mas dani sibuk di kampus, ada jadwal mengajar de el el., pun dengan Mbak Weni ada agenda sehingga tidak bisa ikut ke Jatim Park. That means, kami perlu mencari orang lain untuk mengantar ke Jatim Park. Pilihan sampai pada sebuah nama: Tedi biasa dipanggil Tedjo, teman SD pionk di Malang dulu. Pionk menghubungi Tedjo, dan ia bersedia. Sekalian reunion hihi. Clear!

Finally, kami berempat – saya, Pionk, Rizki, dan Tedjo, hanya memilih Jatim Park 1. Harga tiket masuk waktu itu masih Rp. 50.000 [sekarang: weekday: Rp.60.000 & weekend: Rp. 80.000). Di dalam Jatim Park 1 ada banyak taman, labirin, patung-patung, dan wahana permainan. Wahana permainan serupa dengan yang ada di Dufan Jakarta, tapi dengan ukuran yang lebih kecil. Jatim Park konon katanya mengusung konsep edukasi juga. Jadi, bisa kita temui lokasi-lokasi yang mempertunjukkan percobaan-percobaan ilmiah, hasil-hasil eksperimen, patung Enstein, rumus-rumus kimia, de el el.

trip-mate

naek beginian aja, kami mah pucet!

water park di Jatim Park

masih inget ini apaan? yes, itu yang agak-agak bikin pening waktu SMA. 

nah, banyak display beginian di dalem Jatim Park.
Representasi dari wisata edukasi 

salah satu wahana permainan, lupa namanya apa. 

Nah, waktu beli tiket, kita akan dikasih gelang-gelangan model begini. 

Balai Kota Malang, katanya sih spot wajib buat foto #maksa


Info tambahan untuk harga tiket Jatim Park 2, berkisar Rp.40.000 untuk weekday, dan Rp. 50.000 untuk weekend. Dan tersedia juga paket hemat untuk masuk Jatim Park 1 dan 2 sekaligus, harga sesuai paket yang berlaku di season waktu kita datang.

Saya dan pionk cukup penakut untuk menaiki wahana serupa roller coaster dan apalah apalah ya. Tapi rizki dan tedjo memastikan semua baik-baik aja. Akhirnya kami pun menyerah untuk ikut naik beberapa wahana. Dan kejadian kaaaaan,  saya dan Pionk STRES dan nyaris JANTUNGAN ((((faktor USIA))))

But it was totally so FUN!

**

Special thanks to 

ini juga nih maksud nulisin perjalanan ke Malang. Banyak ketemu saudara, temen, sahabat, serta belahan jiwa di kota itu. 
  • Mia (temen sekelas S1 yang rela minjemin kamera digital unyu0unyunya selama seminggu, kamu mah emang michu (miaw cuuuaeum :D)
  • Mbak Weni, yang udah baik banget, mulai dari nyiapin kamar yang nyaman, traktir makan, minuman dingin saat kehausan, dan kasih sayang sampe sekarang masih kerasa, Miss you mbakyuku :*
  • Mas Dani, bukan cuman senior yang sabar banget ngarahin ade-adenya di organisasi dulu tapi juga baik karena rela mendampingi para adenya yang terobsesi naik gunung. padahal kami tahu, itu bukan kamu banget, mas. Tapi gara-gara kami, mas bisa jadi selfie di Pananjakan juga kan, haha .
  • Temen-temen UM lain yang turut menyambut, menyambangi, dan menyambung silaturahmi :D
  • Thanks ya Tedjo sudah mengantar kami dan membiarkan Pionk memenuhi hasrat reuniannya haha
  • Thanks juga ya Rizki sudah mau menikahi aku #eh. Takdir tidak ada yang tahu ya. Kunjungan kali kedua ke Malang ternyata jadi cikal bakal ketemu jodoh. Hahaha..  
Tuuh kan gara-gara Malang jadi bisa dipinang. #ihiiiirrr!!

Kunjungan yang biasa menjadi tidak biasa, sekarang Malang serupa tempat kepulangan yang manis.  Ketiga kalinya datang ke sana sudah bersama si dia, uhuk! Yuk, diminum dulu tehnya pemirsa indosi*rrr..

Selamat larut dalam kenangan dan berbahagialah, kita!

makan bareng mama papa mertua, adde ipar, afam, dan si cinta
di Malang Town Square

Take a selfie at pusat oleh-oleh Malang

**

P.S. untuk kamu yang mau ke Malang dari Bandung. Bisa pake kereta Malabar (Malang – Bandung Raya). Kereta ini menempuh rute langsung dengan tiga pilihan kelas: ekonomi, bisnis, dan eksekutif. Yang membedakan adalah fasilitas duduk dan AC. Bisnis dan eksekutif sudah menggunakan AC. Tempat duduk eksekutif lebih nyaman, serupa tempat duduk kereta eksekutif lain. Untuk kelas ekonomi, dibandrol lebih mahal dibanding kelas ekonomi lain. Karena meskipun ekonomi, waktu tempuh (16 jam) sama dengan kelas eksekutif.
Dilansir PT KAI, tarif untuk Malabar Ekonomi : berkisar 160.000 – 250.000, Bisnis: berkisar 270.000 – 355.000, Eksekutif: 360.000 – 465.000.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar