Rabu, 13 April 2016

Lupa diri

sebut saja aku si pelupa yang mengais-ngais ingatan.
aku rela kau sebut tak waras serupa linglung berkepanjangan.

**
jalanan berserak daun kering tak mengingatkan aku apa-apa.
apalagi desir angin yang berpelukan dengan dedaunan di pucuk ranting pohon, hanya membuat aku semakin lupa.

**
lakukan apa saja, karena aku pun tak ingat apa-apa.
lunglai jiwa aku pun tak mengerti mengapa.

**
aku serupa mereka yang berduyun menuju jalan seadanya. 
semisal aliran air yang mengikuti liuk sungai, yang belum tentu sampai ke lautan.
aku lupa apa itu angkasa, pun dengan bumi. 

**
sebut saja aku si pelupa, yang kini bahkan lupa diri.

@uly_napitu.

Selasa, 12 April 2016

Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)

Rational Emotive Behaviour Therapy yang sering disingkat menjadi REBT merupakan salah satu pendekatan dalam konseling, meskipun istilah terapi cenderung menggambarkan situasi masalah yang kllinis. Ellis (1997: 5) mengungkapkan REBT adalah sebuah pendekatan yang menekankan pada kesimpulan individu terhadap sebuah peristiwa yang terjadi dan menunjukkan bagaimana peristiwa tersebut berhubungan dengan evaluasi secara kognitif, emosi, dan perilaku. Pendekatan REBT berasumsi bahwa kognitif, emosi, dan perilaku merupakan tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Ellis et al  (Zionts & Banks, 2009: 308) menyatakan pikiran, perasaaan, dan perilaku berinteraksi dan secara signifikan saling mempengaruhi satu sama lain.
Ellis (Ellis & Dryden, 1997: 9) menggunakan model ABC dalam mengkonseptualisasikan permasalahan psikologis konseli. Pada skema model ABC, “A” didefinisikan sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi (activating events).
 “B” didefinisikan sebagai keyakinan-keyakinan (belief system) atau persepsi individu terhadap “A”. Keyakinan-keyakinan (belief) dalam REBT dibedakan menjadi dua yaitu rational beliefs dan irational beliefs. Ellis & Dryden (1997: 5) menyatakan “rational beliefs are evaluative cognitions of personal significance that are preferential (i.e.,nonabsolute) in nature. They are expressed in the form of  “desires,” “preferences,” “wishes,” “likes,” and “dislikes.” Rational beliefs merupakan sebuah keyakinan-keyakinan yang tidak absolut dan tidak menghambat pencapaian tujuan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh individu. Sebagaimana dinyatakan oleh Ellis & Dryden (1997: 5) “these beliefs, then, are “rational” in two respects. First, they are flexible, and second, they do not impede the attainment of basic goals and purposes.” Sedangkan irational Beliefs berbeda dengan karakteristik rational beliefs. Irational Beliefs dinyatakan sebagai:

Minggu, 10 April 2016

Pengertian serta Prinsip Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling terdiri dari dua unsur kata yang memiliki arti berbeda, yaitu kata bimbingan dan kata konseling. 
Istilah bimbingan didefinisikan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut. Shertzer dan Stone (Suherman, 2007: 9) mengartikan bimbingan sebagai “… process of helping an individual to understand himself and his world. ” Kartadinata (Yusuf & Nurihsan, 2008: 9) mengartikan bimbingan sebagai proses membantu indiidu untuk mencapai perkembangan optimal. Yusuf dan Nurihsan (2008: 6) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.  Dari beberapa definisi bimbingan yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli secara terencana dan sistematis dalam rangka membantu konseli agar dapat berkembang secara optimal dan dapat memahami serta menerima diri dan lingkungan.
Konseling memiliki pengertian yang berbeda. ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa konseling merupakan hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya (Yusuf & Nurihsan, 2008: 8). Konseling menggunakan pendekatan secara personal oleh konselor kepada konseli. Good (Sukmadinata, 2007: 14) mendefinisikan konseling sebagai bantuan yang bersifat individual dan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah pribadi, pendidikan dan vokasional, dalam bantuan tersebut semua fakta yang berkaitan dengan masalah tersebut dipelajari, dianalisis dan berberdasakan hal-hal tersebut bantuan pemecahan masalah dirumuskan, seringkali dengan meminta banturan para spesialis, narasumber di sekolah dan masyarakat, menggunakan wawancara pribadi yang diarahkan agar klien dapat membuat keputusan sendiri. Dari dua definisi di atas, dapat diketahui bahwa konseling merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh konselor kepada konseli dalam rangka membantu konseli memecahkan permasalahannya secara mandiri.
Prinsip yang melandasi penyelenggaraan bimbingan dan konseling berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan di jalur pendidikan formal. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang dinyatakan oleh ABKIN (2007: 19):
1) Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bimbingan dan konseling diberikan kepada semua konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
2)  Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Prinsip ini berarti melalui bimbingan dan konseling konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan diri sebagai individu yang bersifat unik.
3)   Bimbingan menekankan hal positif. Bimbingan dan konseling merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4)   Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bimbingan dan konseling tidak hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi tugas guru-guru dan kepala sekolah/madrasah sesuai denan tugas dan peran masing-masing.
5)     Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan yang tepat yang mendukung tujuan hidup konseli.
6)   Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai adegan kehidupan. Pemberian layanan bimbingan dan konseling tidak hanya berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

author: @uly_napitu | yuli nurmalasari | alumni BK UPI

7 TRIK ATUR KEUANGAN RUMAH TANGGA

Mengatur keuangan itu susah susah gampang. Betul apa betul buibuuu?  

Setelah menikah, cenderung lebih terasa susah bin ribetnya (curcol buu, wkwk). Penghasilan belum bombastis, tapi di setiap bulan sering kejadian tiba-tiba si istri atau suami pengen beli ini itu yang sebenernya gak perlu-perlu amat.

Selain beli ini itu yang kadang nggak on budget, godaan jajan biasanya kenceng tuh. Apalagi kalau si istri belum terbiasa sama kegiatan masak memasak, ekstremnya kena yang namanya cinderella syndrome. Capek dikit ya nyari warung makan, lemes dikit nyari lalapan, padahal ya males :D

Katanya sih itu lumrah, maklum transisi dari  melajang ke kehidupan rumah tangga #uhukBased on my experience, pengaturan keuangan yang disiplin bisa mengarahkan sikap positif terhadap pengeluaran. Mungkin di awal-awal pernikahan belum bisa menabung juta-juta per bulan ya, tapi menyisihkan seratus-duaratus ribu untuk insidental moment seperti sakit, bantu orang tua, bantu teman, dan keperluan-keperluan sejenisnya itu WAJIB.

gambar ngambil dari mbah google 


Nah, saya punya 7 tips dan trik yang bisa temen-temen coba, cekidot yess..!

1.      List pemasukan dan pengeluaran rutin.
  • Nah, ini langkah pertama yang wajib dilakukan. Kenapa? Agar kita sadar diri berapa budget yang sebenarnya ada dalam rumah tangga dan dari mana saja sumber pemasukan pasti tiap bulannya. Misal, kita list berapa gaji suami, berapa gaji istri, include tunjangan tiap bulan dari kantor.  
  • Masukkan yang ‘pasti’ saja alias batas bawah kalau untuk pebisnis ya. Agar kita tidak merasa berkelimpahan di awal bulan, ternyata uangnya fiktif belaka, hehe..
  • Setelah itu list pengeluaran wajib tiap bulan, seperti: listrik, air, pulsa per bulan, telepon, gaji ART, SPP anak, cicilan rutin, asuransi,  dan pengeluaran wajib lainnya. Termasuk alokasi liburan dan biaya darurat yg biasanya masing-masing ada di 5-10% dari gaji.
  • Kalau saya, alokasi uang makan per bulan dihitung setelah cicilan wajib itu ter-list. Kenapa? karena satu-satunya anggaran yang bisa disesuaikan adalah uang makan. Budget dikit ya makannya jangan mewah-mewah, banyakin masak, kurangi jajan di luar. kalau budget longgar, silahkan bijak mengaturnya J. Yang penting jangan sampai dompet jebol hanya gara lifestyle #ngomongsambilngaca haha..
2.      Kategorikan pengeluaran menjadi pengeluaran bulanan dan mingguan

  • Tahapan kedua setelah list pengeluaran dan pemasukan adalah mengelompokan pengeluaran mingguan dan bulanan. Misal untuk listrik, cicilan, asuransi, gaji ART, itu pasti masuk bulanan donk? Alangkah lebih baik sesegera mungkin dibayarkan di awal bulan setelah itu gaji mendarat di rekening/dompet, hehe..
  • Lain cerita dengan uang belanja, akan lebih efektif displit ke mingguan. Apalagi untuk ibu-ibu yang ke pasarnya seminggu sekali. Sepengalaman saya, ini jauh lebih efektif dibanding uang itu dianggarkan bulanan atau harian. Contohnya jatah dapur sebulan Rp. 1,000,000,-, naah kita bisa split jadi 250,000/minggu. Setiap ke pasar, itu budget maksimal yang bisa dibelanjakan. Kalau ada lebih, simpan untuk minggu selanjutnya
3.      Sediakan amplop khusus untuk pos-pos pengeluaran
  • amplop ini efektif banget untuk membatasi diri ketika akan mengeluarkan uang di luar yang dialokasikan. Akan ada efek ‘merasa bersalah’ ketika harus menggunakan uang yang tidak sesuai dengan ‘alokasi dana’ . Trust me it works :D
  • Khusus untuk pos semisal uang tabungan, dana liburan, atau dana darurat lebih baik di-lem saja, agar memberi kesan bahwa uang tersebut sama sekali tidak bisa dipakai. Meskipun misal hanya 50-100ribu per bulan, kalau dikumpul setahun, udah lumayan kan? :D

4.      Bawa uang pas [pasan] sesuai alokasi budget ketika berbelanja
      Ini penting, karena laper mata terus mengintai dan menggoda ketika kita berbelanja, iya kan? Nah makanya bawa uang pas aja. Kalau uangnya udah pas, masa iya rela ngutang di tempat belanja, hehe..


5.      Kerja sama suami-istri.

   Dalam pengaturan uang, suami dan istri harus terlibat dua-duanya ya. Istri gak bisa sendirian, begitu pun sebaliknya. Transparansi uang yang masuk dan uang yang keluar itu penting banget.

      Sssst... kegiatan diskusi tentang pengaturan uang ini konon katanya bisa melanggengkan pernikahan. Jadi, ada rasa manis pahit berjuang bersama, ciye ciyeee...

6.      Disiplin
    Apalah artinya sebuah perencanaan tanpa disiplin. So, si istri disiplin masak, si suami disiplin support istri. Sama-sama disiplin nahan jajan. Disiplin jajan hebohnya seminggu sekali. Bagi yang sudah punya anak, si anak juga diarahkan untuk disiplin nahan kemauan jajan.

7.      Evaluasi per minggu.
   Ini penting ya, bukan sok serius, tapi membiasakan menyikapi uang dengan teratur. Evaluasi apanya sih? Evaluasi cash-flow nya, sikapnya, kesulitannya, dampak positifnyaa, de el el.
    Bisa jadi di satu minggu itu ada uang lebih dari anggaran belanja. Atau bisa jadi satu minggu itu kurang, jadi terpaksa harus meminjam anggaran minggu berikutnya. Gimana tuh cara tambal sulamnya.

Sekiaaan trik-trik yang mungkin bisa temen-temen coba juga. Semoga bermanfaat, share pengalaman kamu disini yuk. Biar makin kayaaaa wawasan para emak-emak khususnya emak-emak muda yang masih ketar ketir belajar (nunjuk diri sendiri :D )

"let we control the money, not the reverse. Salam Syuperrrwifey !! 

Jumat, 08 April 2016

KUSEBUT IA: CINTA TANPA PENJELASAN


Sudah beberapa malam tidak bisa tidur nyenyak. Kepala terasa lebih crowded dari biasanya. Sayangnya ini bukan tentang pekerjaan kantor yang belum dan mungkin tidak akan pernah ada selesainya. Ini tentang hal lain, yang lebih rumit dan berhasil membuat jantung kembang kempis tak beraturan.
**
Entah apa yang direncanakan langit padaku yang sudah lupa bagaimana caranya membuka hati. Sejak gagal menjalani hubungan dengan Reno, rasanya hati ini kebal dari rasa tertarik apalagi naksir-naksiran. Tak perlu diingatkan lagi tentang usia, aku sepenuhnya sadar usiaku tidak muda lagi. Apalagi jika dibandingkan dengan anak kelas 2 SMP yang sekarang aku ajar setiap hari. Pertanyaan rekan kerja, teman sebaya, bahkan tetangga sudah tidak mempan membuatku depresi. Ya pertanyaan kapan menikah atau sekedar sudah punya calon belum.
Reno dan sebuket sakit hati yang ia bawa tempo hari membuatku resisten dari hasrat memenuhi keinginan para kepo-ers itu. Keinginan untuk menikah pun nyaris tenggelam bersama bangkai-bangkai serangga yang usianya hanya 24 jam itu. Tenggelam berkali-kali, nyaris tak bisa kembali.
**
Sudah hampir tiga tahun aku mengadu nasib menjadi pengajar di sekolah milik salah satu perusahaan perkebunan di Sumatera.  Bukan tempat yang popular apalagi favorit. Kalau bukan karena nominal gaji dan fasilitas yang layak, tidak akan ada yang mau bekerja dan menghabiskan kesehariannya di tengah kebun sawit yang luasnya berhektar-hektar. Jalan raya saja bisa ditempuh setelah melalui perjalanan 20 menit. Jalan bukan menggunakan trotoar atau semen, seluruh jalan di dalam perkebunan terbuat dari pasir dan batu. Untuk yang pertamakali menempuh medan jalan pasir batu ini akan merasa seperti naik bemo atau bajay yang sudah uzur, membuat bergetar sekujur badan, dan pegal linu setelahnya. Tapi bagiku – dan siapapun, yang sudah terbiasa ini bukan hal istimewa lagi.
Mimpi menyekolahkan adik dan membantu orang tua, dan sepotong hati yang tak kembali, yang membuatku sampai dan bertahan disini. Terbiasa membuat banyak alasan untuk tetap tertawa, sesekali menertawakan diri sendiri.
Sudah hampir tiga tahun juga rasa sakit itu tenggelam, selama itu juga pintu hati ini tak pernah bisa terbuka lagi. Ya, satu nama dengan sakit hati yang dalam. Entah apa yang membuatnya terlalu dalam.
**
Hampir setiap malam kala pekerjaan harian sudah rampung, aku mengakses internet, sekedar untuk mengupdate status FB– yang sebenarnya tidak terlalu penting, mengomentari status teman, mengupload foto di instagram, dan mengintip akun-akun orang lain. Hiburan yang kadang berujung penderitaan. Mulai dari menertawakan status-status alay; me-like foto-foto bayi teman, pernikahan teman, dan momen yang membahagiakan; mengutuk status rasis  yang orang-orang posting. Hampir selalu diakhiri dengan keluh kesah terselubung, mereka udah punya bayi aja gue nya masih terdampar di tengah kebun. Destinasi selanjutnya tidak lain tidak bukan adalah exit dari semua aplikasi – tidur – bangun – melakukan rutinitas.

Tapi malam itu berbeda. Ada pesan pribadi di massanger FB yang membuatku cukup kaget.

“Apa kabar?”

Kalimat biasa, hanya apa kabar. Pertanyaan lumrah yang diberikan oleh seseorang kepada orang lainnya yang sudah lama tidak ditemui, bukan? Kaget bukan pesannya, tapi pengirimnya.

Alhamdulillah baik. Kak Rai gmn kbrnya?

Rai adalah senior di kampus dulu. Bukan sembarang senior, dia idola. Banyak wanita yang mengaku fansnya. Aktifis yang tidak hanya ganteng, tapi juga kharismatik. IPK yang cumlaude saat dia lulus membuat para fansnya semakin meleleh. Aku mengenalnya hanya sekilas. Karena aku bukan aktifis sekaliber dia. Kenal dia pun karena kami pernah satu kelompok ketika jurusan mengirimkan delegasi untuk lomba karya tulis ilmiah  tingkat universitas. Ya, kami menang Juara 2 waktu itu. Itu sebabnya aku punya foto bareng dia, ketika wakil rektor menyerahkan hadiah. Foto pertama dan terakhir. Foto berjas almamater berwajah lusuh. Bukan foto alay apalagi mesra sambil melet-melet. Foto yang sampai sekarang aku simpan. Betul, aku salah satu fansnya, kala itu. 

Pertanyaan apa kabar berlanjut menjadi obrolan santai yang seru, setiap hari. Aku lupa sensasi iri ketika melihat foto-foto pernikahan atau bayi teman-teman. Aku tidak lagi manyun merengut sebelum tidur. Percakapan berlanjut melalui BBM. Bukan hanya malam hari, pagi dan siang hari pun kami rajin mengobrol. Sekedar menanyakan sudah makan atau belum, saling mengomentari status BBM, dan menutup malam dengan kalimat selamat tidur. Ya, rutinitas yang lebih menyenangkan.
**
Rai tidak banyak berubah. Ia tetap sang idola. Dia melanjutkan pendidikan sembari menjadi asisten dosen di kampus kami dulu. Entah apa yang membuatnya mengirimkanku pesan apa kabar dan berlanjut dengan komunikasi yang lebih intens. Dia belum punya istri, entah tentang pacar. Enggan aku menanyakannya. Mungkin lebih tepatnya, aku belum siap dengan jawaban terburuk semisal ‘ya, aku sudah punya pacar’. Aku melarang diri berharap terlalu dalam pada Rai. Tapi aku pun rajin memupuk rasa ini. Sesekali merasa ingin memperjelas kedekatan. Tapi lagi lagi takut dengan kenyataan yang mungkin tidak akan sesuai harapan. Dan tetap aku rajin memupuk rasa. Memberikan perhatian, menerjemahkan perhatiannya.

Sampai pada malam itu, percakapan aneh di BBM.

Aku sekarang rajin berdoa
Emang dulu nggk?
Yang sekarang doanya beda
Apaan emang kak? #kepogila
Itu rahasia.
Ih nyebelin. Ngasih tau setengah-setengah.
Mending jangan sekalian. T.T
Kakak takut kamu semaput kalau tahu.
Hahaha.. will never lah kak. I’m ready to keep standing. :D
Belum waktunya. Kakak ngajar dulu ya. Sampai jumpa, dek.
Yee. Nyebelin maksimal ah.

Kalimat-kalimat Rai berhasil membuatku GR.  Aku tak bisa mengontrol translator di otak yang menyatakan bahwa Rai menyayangiku. Padahal logikaku jelas-jelas berteriak kalau tidak ada pernyataan selugas itu dalam kalimat Rai. Alhasil setiap malam aku dikuasai rasa penasaran. Rasa penasaran yang diperparah dengan Rai yang tidak menghubungiku selama tiga hari terakhir.

Selamat pagi kak.
Udah siang ni, selamat lunch kak Rai.

Itu sepotong kalimat BBM tak berbalas. Berulang aku kirim. Di ujung kiri kalimat hanya ada huruf D dilingkari warna biru, belum jua berubah jadi R. Ya, artinya pesan belum dibaca oleh penerima pesan di seberang sana. Entah apa alasannya. Kalau HP nya hilang, bukankah dia bisa mengakses internet lalu menghubungiku via FB? Tanpa sadar, aku telah tumbuh menjadi gadis posesif. Aku kehilangan rutinitas. Produktifitas kerja pun turut terancam. Khawatir, cemas, dan curiga bercampur satu. Semua tentang Rai. Bisa jadi aku beri judul drama setiap malam ini dengan Rais insomnia.

Insomnia yang mendorong jari jemari untuk stalking akun FB kak Rai. Dari FB nya aku menemukan banyak cerita yang belum aku tahu tentang kak Rai. Ternyata ibunya meninggal beberapa bulan lalu, adiknya kuliah di Malaysia, ia juga mengajar anak kurang mampu, dan ada akun perempuan yang sering sekali muncul komentarnya di postingan kak Rai. Informasi terakhir membuat rasa yang aneh, ya namanya cemburu. Eh tapi bukankah aku dan kak Rai hanya teman, kenapa harus cemburu?   

Tangan otomatis mengklik akun perempuan itu, semakin porak poranda rasanya karena tanpa diperintah otak menyatakan perempuan ini sangat cantik, islami, dan melihat profilnya dia melanjutkan S2 di kampus ternama. Telak aku kalah pamor. Dan yang lebih menyempurnakan kekacauan hati malam itu, banyak juga kutemui postingan kak Rai di beranda wanita ini. Sound system di otakku sibuk komat kamit : Oke fix, aku harus mundur. Aku harus membuat batasan. Kak Rai bukan kelasku. Kak Rai tak mungkin menyukaiku apalagi sayang. Bye maksimal Kak Rai.
Komat kamit yang useless, karena nyatanya Kak Rai memang tidak ada kabar sudah berhari-hari, mencipta jarak lebih dulu. Membuat batasan lebih awal.

**
Genap seminggu sejak peristiwa stalking malam itu. Usahaku membunuh harapan dan menutup kembali pintu hati sedikit berhasil. Hanya sedikit, nyatanya sampai hari ini masih saja berharap ada pesan meskipun sesederhana apa kabar dari Rai.

Cinta, serumit itu kah rupamu dalam hidupku?
Harus dengan bahasa apa ku menerjemahkannya.Nyatanya, aku tak bisa untuk merindu.

Kalimat yang kutulis di kertas buram, sembari mengawasi muridku ulangan harian. Coretan melas yang menunjukkan betapa lebaynya seorang guru. 

Tanpa sepenuhnya disadari, aku memotret tulisan itu, mengedit dengan gaya vintage, dan mempostingnya di BBM. Tersadar setelah sampai di rumah, notifikasi bbm lebih banyak dari biasanya. Sebagian besar mengomentari foto profil yang kupajang, foto tulisan-tulisan curhat. Puitis tapi memalukan. Aku tidak terbiasa mengumbar hal semellow ini di sosial media. Otomotis hal ini mengundang teman-teman meledek habis-habisan. Ada yang hanya mengirimkan emoticon melet alias menjulurkan lidah yang berarti mengejek, ada yang mengirimkan kata ‘ciye ciyee’, ada yang membalas dengan puisi dengan nada yang juga meledek, sampai ada yang menanggapi dengan serius- mengirimkan pesan motivasi beraura Mario Teguh.

Aku pun turut menertawakan diri sendiri. Senyam senyum malu ketika mengetik bbm balasan untuk mereka. Chit-chat yang membuat badan terjebak bak menempel di atas tempat tidur berjamjam menggunakan seragam ngajar. Sampai teman serumah [dinas] memanggil-manggil dari luar, mengingatkan jadwal piket memasak.

HP kugeletakkan seenaknya, merespon panggilan sembari mengganti baju. Terburu-buru menuju dapur dan memasak.
**
Sekembalinya ke kamar, seperti biasa HP adalah benda pertama yang disentuh. Entah sejak kapan kebiasaan ini ada, era digital katanya, hal pertama dan utama bukan lagi sembako tapi gadget dan signal.

Aplikasi bbm yang pertama dibuka. Scrol atas bawah dengan cepat digerakkan jempol tangan kanan. Obrolan seru ledek meledek masih berlanjut. Dan terputus oleh panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Tidak berniat menjawab, alasannya simple: malas berhubungan dengan perusahaan asuransi yang sudah sering gonta-ganti nomor HP. Niat mengabaikan terkalahkan oleh rasa terganggu, berulang kali nomor tersebut menghubungi. Akhirnya aku mengalah, mengangkat teleponnya.

Hallo.
Hallo dek. Sedang sibuk?

Suara yang sama sekali tidak asing. Kak Rai. Aku langsung berusaha menguasai diri, komat kamit dalam hati: santai, jangan keliatan seneng, biasa-biasa saja. Dan berhasil untuk sekedar pura-pura biasa.

Eh kak Rai. Iya ni, aku lagi nyiapin materi untuk ngajar besok. Kenapa kak?
Sekarang saya ada di depan rumah.
Ah becandanya jangan kebangetan kak. Nggak mungkin lah.
Sekarang saya sedang berusaha mewujudkan do’a saya.
Kak Rai apa maksudnya? Jangan ngebuat aku bingung deh.
Aku hanya ingin minta doa agar usahaku lancar. Sekarang aku sedang di rumahmu dek.

Aku pun keluar kamar dengan buru-buru karena mendengar Rai yang meyakinkan bahwa dia ada di rumah [dinas]. Bodoh saja aku sudah percaya, dia tidak disana. Mana mungkin dia bisa tiba-tiba ada di dalam kebun. Apalagi malam hari begini. Rasa kesal membuat aku langsung menutup teleponnya. 
Dengan cepat mengetik SMS,

jangan suka main-main sama perasaan perempuan. Saya bukan mainan.”
Rasanya ingin marah, menangis, dan teriak sekencang-kencangnya. Merasa sangat dipermainkan. Sudah berhari-hari tidak ada kabar. Sekalinya ditelepon hanya untuk dipermainkan seperti ini, siapa yang tak geram- pikirku.

Sepersekian detik dari terkirimnya SMS, ada telepon dari ibu. Aku tidak langsung mengangkat teleponnya, karena takut ketahuan ibu kalau aku sedang sedih kesal atau apalah namanya. Berusaha menguasai diri, bahkan terpikir untuk mengabaikannya. Tapi ibu pun tidak seperti biasanya, dering telepon tak juga berhenti, mendesak minta diangkat. Terpaksa segera diangkat sembari berusaha setenang mungkin.

Assalamu’alaikum Bu.
Kok lama sekali diangkatnya, nduk?
Maaf bu, ini tadi sedang di luar. Ada apa ibu tumben teleponnya tidak sabaran begitu?
Ini, nak Rai datang ke rumah. sekarang lagi ngobrol sama ayah dan ibu. Kamu kenal dengan nak Rai?
Iya, kenal.

Terbata-bata menjawab, percaya tak percaya dengan kalimat yang baru saja ibu katakan. Apa maksud semuanya.

Nduk? Nduk?

Ibu memanggil-manggil di ujung sana, mungkin karena aku nyaris tak bersuara, - karena shock masih tak percaya.

Oh iya bu, iya aku kenal. Ada apa Kak Rai kesitu bu? Ada masalah apa tho?
Katanya nak Rai mendapat beasiswa ke Amerika. Mau berangkat enam bulan lagi.
Terus apa hubungannya sama ibu tho?
Ibu belum selesai ceritane nduk. Ya mbok didengerin dulu sampai selesai.
Nggih, monggo. Maaf bu.
Nak Rai datang kesini ingin meminta izin ibu sama bapak.
Lha kenapa minta izinnya sama ibu bapak tho?
Ibu belom selesai nduk.

Suara ibu meninggi, geram tidak suka kalimatnya dipotong oleh anaknya yang dikuasai penasaran.

Iya aku heran soale bu, monggo. Maaf.
Kamu udah ndak sabaran ae. Iku Nak Rai kesini melamar kamu jadi istrinya dan minta izin untuk membawamu ikut ke opo ke Amerika nemenin sekolah di sana. Ibu ndak bisa memutuskan, kalau kamu setuju yo kami setuju ae. Gimana?
Opo bu? Maksudnya kak Rai melamarku gitu toh bu?
Iya nduk. Ibu harus jawab apa ini.
Menurut ibu bagaimana?
Ibu bapak terserah kamu nduk. Tapi perasaan ibu mengatakan kalau nak Rai ini anaknya baik. Tapi kan kamu lebih kenal daripada ibu bapak

Sejenak aku menatap langit. Tak percaya. Apa maksud Tuhan atas semua ini. Sembari terbata-bata, menahan tangis. Aku berusaha menjawab.
"I i iya bu. Laila mau terima. Insyaallah Laila bersedia. Asal ibu dan bapak merestui.
**
Teman serumahku, Irma dan Yani sudah mematung di depan pintu. Dari tadi menyaksikan keanehan temannya: mulai dari keluar kamar mendadak, komat kamit sambil mengetik SMS, dan berwajah geram serupa Hulk yang siap berubah warna. Sampai menonton adegan dramatis loncat loncat sembari bilang ‘alhamdulillah’ seusai menutup telepon ibu.

Aku berusaha menguasai diri. Ketika mereka bertanya aku kenapa. aku hanya menjawab, 
“aku menang undian chiki ball. Besok kalian aku traktir.”

Teman-teman semakin nyinyir, bingung dengan kelakuanku.
Setibanya di kamar, otomatis aku melakukan adegan salah tingkah. Berbaring di tempat tidur sembari senyam senyum. Adegan yang kemudian terpotong oleh notifikasi BBM - dari Rai,
“doa itu adalah semoga adek ikhlas untuk mendampingi hidup kak Rai sampai maut menjemput. Terima kasih sudah membuatnya terwujud.”
**
Sajak kertas buram kurevisi. Kali ini di atas sebuah kertas lipat berwarna pink.

Begitu cantik rupa cinta,
Kala kau menyapa.

Aku bahagia, melebihi bahagianya gadis cilik yang diberi permen gratis. Tak bisa selesai bahagia, bermalam-malam. Ah, cinta. Sepotong hati kini purnama.


- yulinurmalasari (2015)







Kamis, 07 April 2016

Cybersex : problematika di balik kemajuan teknologi internet

Apa itu cybersex? 
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan mengenai cybersex. Cooper (Sepna, 2009) mengemukakan bahwa cybersex merupakan media erotika di internet yang berupa fasilitas tampilan adegan-adegan pengumbar syahwat dan sarana komunikasi interaktif di internet yang menawarkan materi seksualitas berupa percakapan dua arah dengan menampilkan tulisan yang seolah-olah sedang melakukan aktifitas hubungan seksual dan menimbulkan rangsangan yang dapat memberi efek negatif pada perkembangan mental dan minat seksual remaja. Senada dengan definisi dari Cooper, Leiblum (Journal Of Sex Education And Therapy berjudul Sex And The Net: Clinical Implications, 1997) mendefinisikan cybersex sebagai sarana ekspresi seksual yang memiliki rentangan secara kontinum dari sekedar rasa ingin tahu sampai pada perilaku obsesif.
Terkait dengan kebiasaan cybersex ini, Lieblum (Sepna, 2009) membedakan tiga karakter klinis atau gejala yang muncul dari para pengakses cybersex.
1. Loners, yaitu ketika seseorang menganggap bahwa situs porno dapat menjadi alat untuk mengakomodasi masalah-masalah atau hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidup.
2.   Partners, yaitu ketika situs porno dianggap sebagai bagian dari pasangan hidup pengakses. Ketika pengakses mengalami masalah maka dapat mencari solusi melalui situs porno.
3. Paraphilics, yaitu ketika seseorang tergantung pada situs porno untuk memberikan stimulasi dan kepuasan seksual.

Kebiasaan mengakses cybersex di kalangan remaja dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut:
1.    kemajuan teknologi informasi;
2.    kematangan atau perubahan secara seksual;
3.    lingkungan keluarga;
4.    pengaruh teman sebaya;
5.    kesepian (loneliness);
6.    kurang percaya diri;
7.    kurangnya kontrol seksual (lack of sexual self control);
8. ketegangan emosional.

Kebiasaan mengakses cybersex pada remaja tentu dapat memberikan dampak yang buruk diantaranya: 
1. kegagalan akademis; 
2. mendorong perilaku seks bebas; 
3. mendorong perilaku seks tidak sehat; 
4. gangguan perkembangan mental. 

Kebiasaan mengakses cybersex di kalangan remaja terkait dengan pemikiran remaja, aspek kognitif menjadi poin penting dalam analisis masalah ini. Pemikiran-pemikiran yang dipengaruhi oleh berbagai situasi dapat mengakibatkan sejumlah perilaku, termasuk perilaku mengakses cybersex. 
Kepuasan dan kesenangan yang didapatkan melalui aktivitas mengakses cybersex dapat menjadikan perilaku ini menjadi kompulsif. 

Salah satu pendekatan yang dipandang sesuai untuk mengintervensi remaja dengan kebiasaan mengakses cybersex diantaranya adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Pendekatan ini merupakan bentuk psikoterapi yang menekankan pada pentingya peranan pikiran dalam menentukan apa yang dirasakan dan apa yang dilakukan seseorang. 
Pada tahap awal dari konseling menggunakan CBT akan berfokus pada perilaku-perilaku spesifik dan situasi-situasi dimana gangguan kontrol yang impulsif mengakibatkan kesulitan terberat. Setelah itu, berfokus pada kognitif dan distorsi-distorsi yang sudah berkembang dan akibatnya pada perilaku.